Sunday 24 July 2016

Pengertian Inflasi dan Hubungan Inflasi dengan Uang

    Sejak awal tahun 1960an, ketika laju inflasi mendekati antara 1 hingga 2%, perekonomian telah mengalami laju inflasi yang lebih tinggi dan lebih bervariasi. Pada akhir 1960an, laju inflasi melonjok diatas 5%, dan di tahun 1974 laju inflasi mencapai 2 digit. Setelah menurun selama periode 1975-1978, inflasi melonjak diatas 10% pada 1979 dan 1980, menurun hingga sekitar 5% dari 1982 hingga 1990, menurun lebih lanjut hingga sekitar 2% pada akhir 1990-an, dan tetap berada di sekitar tingkat itu selama 2005. Inflasi, yaitu kondisi kenaikan tingkat harga secara terus-menerus, telah menjadi pertimbangan utama para politisi dan masyarakat, dan bagaimana mengontrolnya seringkali mendominasi pembahasan mengenai kebijakan ekonomi.
Bagaimana kita mencegah api inflasi mulai dari menyulut dan mengakhiri tumpangan roller-coaster dalam hal laju inflasi selama 40 tahun terakhir? Milton Friedman memberikan  jawaban dalam proposisinya yang terkenal “inflasi selalu dan dimanapun merupakan sebuah fenomena moneter”. Ia menganggap bahwa sumber semua episode inflasi adalah tingkat pertumbuhan uang beredar yang tinggi: Hanya dengan mengurangi tingkat pertumbuhan uang beredar hingga tingkat yang rendah, maka inflasi dapat dihindari.
    Pada bab ini, kami menggunakan analisis permintaan dan penawaran agregat dari Bab 25 untuk mengungkapkan peranan kebijakan moneter dalam menciptakan inflasi. Kamu akan menemukan bahwa selama inflasi didefinisikan sebagai kondisi kenaikan tingkat harga yang secara terus menerus dan secara cepat,hampir semua ahli moneter dan Keynesian sama-sama setuju dengan proposisi Friedman bahwa inflasi adalah sebuah fenomena moneter.
    Tapi apa penyebab inflasi? Bagaimana kebijakan moneter yang inflasioner terjadi? Kamu akan melihat bahwa kebijakan moneter yang inflasioner merupakan derivasi dari kebijakan pemerintah yang lain: upaya untuk memenuhi target tingkat kesempatan kerja yang tinggi atau mengatasi defisit anggaran yang besar. Dengan melihat bagaimana kebijakan-kebijakan ini menyebabkan inflasi akan menunjukkan kita cara-cara pencegahan pada biaya minimal dalam arti pengangguran dan kerugian output.

Bukti empiris untuk pernyataan Friedman bersifat mendasar. Kapanpun inflasi suatu negara sangat tinggi untuk suatu periode waktu yang terus-menerus, laju pertumbuhan uang beredar juga sangat tinggi.
•    Hiperinflasi Jerman, 1921-1923
Di tahun 1921, kebutuhan untuk melakukan perbaikan dan rekonstruksi perekonomian setelah Perang Dunia I telah menyebabkan pemerintah Jerman jauh melampaui penerimaannya. Pemerintah telah memperoleh pendapatan untuk menutup kenaikan pengeluaran ini dengan kenaikan pajak, tapi solusi tersebut selalu tidak populer secara politik dan akan membutuhkan banyak waktu untuk diimplementasikan. Pemerintah juga dapat membiayai pengeluaran ini dengan meminjam dari masyarakat, tapi jumlah yang diperlukan sangat jauh lebih besar dari kapasitas negara untuk meminjam. Hanya ada satu jalan lain yang tersisa: mencetak. Pemerintah bisa membayar pengeluarannya dengan mencetak lebih banyak uang kartal (meningkatkan uang beredar) dan menggunakannya untuk membuat pembayaran terhadap individu dan perusahaan yang menyediakan barang dan jasa bagi pemerintah. Seperti yang ditunjukkan dalam figur 1, inilah yang dilakukan oleh pemerintah Jerman; di akhir tahun 1921, uang beredar mulai meningkat secara cepat, dan juga tingkat harga.
    Di tahun 1923, situasi anggaran pemerintah Jerman mengalami kemunduran lebih jauh. Di awal tahun itu, orang-orang Perancis menyerang Ruhr, karena Jerman gagal untuk melakukan  pembayaran perbaikan yang sudah terjadwal. Pemogokan umum terjadi di wilayah ini dan memprotes tindakan Perancis, dan pemerintah Jerman secara aktif mendukung “resistensi pasif” ini dengan memberikan pembayaran terhadap para pekerja yang mogok. Sebagai akibatnya, pengeluaran pemerintah meningkat tajam, dan pemerintah mencetak uang kartal bahkan pada tingkat yang lebih cepat untuk bisa membiayai pengeluarannya. Seperti yang ditunjukkan dalam figur 1, hasil dari ledakan uang beredar ini adalah level harga yang melonjak tajam, mengarah pada laju inflasi untuk tahun 1923 melebihi 1 juta persen!
Serangan ke Ruhr dan pencetakan uang untuk membayar para pekerja yang mogok ini cocok dengan karakteristik peristiwa eksogen. Hubungan sebab-akibat terbalik (bahwa kenaikan tingkat harga menyebabkan orang-orang Perancis menyerang Ruhr) sangatlah tidak mungkin, dan sulit untuk membayangkan faktor ketiga yang dapat menyebabkan inflasi dan ledakan uang beredar. Dengan demikian, hiperinflasi Jerman tmemenuhi “percobaan yang dikendalikan” yang mendukung proposisi Friedman bahwa inflasi merupakan fenomena moneter.
•    Episode Terbaru Inflasi Cepat (Rapid Inflation)
Meski inflasi cepat di masa kini tidaklah sedramatis hiperinflasi Jerman, banyak negara di tahun 1980an dan 1990an mengalami inflasi cepat (rapid inflation) dimana tingginya laju pertumbuhan uang juga dapat diklasifikasikan sebagai peristiwa eksogen. Misalnya, dari semua negara Amerika Latin di dekade dari tahun 1980 hingga 1990, Argentina, Brasil dan Peru memiliki tingkat pertumbuhan uang tertinggi dan tingkat inflasi rata-rata tertinggi. Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir, inflasi di dalam negara-negara ini telah mengalami penurunan yang cukup banyak.
FIGUR  1. Uang Beredar dan Tingkat Harga Pada Hiperinflasi Jerman


 
Penjelasan atas tingginya pertumbuhan uang di negara-negara ini serupa dengan penjelasan Jerman selama hiperinflasi: ketidakiginan Argentina, Brasil dan Peru untuk membiayai pengeluaran pemerintah dengan menaikkan pajak mengarah pada defisit anggaran yang besar (terkadang lebih dari 15% GDP) yang dibiayai oleh penciptaan uang.
Bahwa tingkat inflasi ini termasuk tinggi dalam semua kasus dimana tingkat pertumbuhan uang yang tinggi ini dapat diklasifikasikan sebagai peristiwa eksogen (termasuk episode di Argentina, Brasil, Peru dan Jerman) adalah bukti bahwa pertumbuhan yang tinggi menyebabkan inflasi yang tinggi.
•    Arti Inflasi
Kita mungkin telah mengetahui bahwa semua bukti empiris dalam hubungan pertumbuhan uang dan inflasi yang dibahas sejauh ini hanya melihat ke arah kasus-kasus dimana tingkat harga secara terus-menerus mengalami kenaikan pada laju yang cepat. Definisi inflasi inilah yang digunakan oleh Friedman dan ahli ekonomi lain ketika mereka membuat pertanyaan seperti misalnya “Inflasi selalu dan dimanapun merupakan sebuah fenomena moneter”. Ini bukanlah apa yang diartikan oleh pembawa berita anda ketika melaporkan tingkat inflasi bulanan di berita malam. Pembawa berita hanya akan menceritakan kepada kamu berapa tingakatharga (dalam persen) telah berubah dari bulan sebelumnya. Misalnya, ketika kau mendengar bahwa tingkat inflasi bulanan adalah 1% (12% pertahun), hal ini mengindikasikan bahwa level harga telah naik 1% di bulan tersebut. Hal ini bisa berupa sebuah perubahan satu kali, dimana tingkat inflasi yang tinggi hanyalah bersifat sementara dan bukan terus-menerus. Hanya jika tingkat inflasi tetap tinggi untuk kurun waktu yang cukup lama (lebih dari 1% per bulan selama beberapa tahun) maka ahli ekonomi akan mengatakan bahwa inflasi cukup tinggi.
Proposisi Milton Friedman secara aktual mengatakan bahwa pergerakan keatas dalam tingkat harga merupakan fenomena moneter hanya jika hal ini merupakan proses yang terus-menerus. Ketika inflasi didefinisikan sebagai sebuah kenaikan tingkat harga yang cepat dan terus-menerus, kebanyakan ahli ekonomi baik itu ahli moneter ataupun Keynesian, akan setuju dengan proposisi Friedman bahwa uang itu sendiri yang patut dipersalahkan.

No comments:

Post a Comment